Jakarta (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menegaskan Indonesia akan menjadi negara kuat jika isu stunting di Tanah Air diselesaikan.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Senin, ia mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan ini, generasi muda harus dibimbing untuk mempersiapkan diri menjadi bagian dari generasi maju yang akan menciptakan keturunan berkualitas di masa depan.

“Untuk mewujudkan semua ini, kita perlu memenuhi kebutuhan nutrisi secara optimal sejak dini. Kita perlu mengedukasi siswa tentang hal ini untuk membantu mengantisipasi masalah stunting,” kata Effendy.

Pertumbuhan terhambat disebabkan oleh berbagai faktor selama kehamilan dan setelah kelahiran, tambahnya, menekankan perlunya makanan bergizi tambahan untuk bayi dan pendidikan pengasuhan yang tepat untuk calon orang tua.

“Peran dan keterlibatan universitas dalam mendidik mahasiswa dan masyarakat, terutama pada masalah gizi dan anemia pada remaja, sangat penting,” tegas Menko PMA.

Dia menyebutkan bahwa prevalensi stunting tidak hanya masalah kesehatan, karena faktor-faktor lain yang tidak terkait dengan kesehatan seperti kondisi sosial dan ekonomi, serta perilaku masyarakat, juga berkontribusi terhadap stunting.

Oleh karena itu, dukungan dan kontribusi dari semua sektor terkait dinilai perlu untuk mengatasi masalah stunting di Indonesia, katanya.

“Intervensi spesifik dan sensitif harus dilakukan secara bersamaan. Kita dapat mengoptimalkan data P3KE (Target Percepatan Pengentasan Kemiskinan Ekstrem) untuk memastikan intervensi lebih akurat dan berkelanjutan,” kata Effendy.

Laporan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan angka prevalensi stunting di Indonesia telah mencapai 21,6 persen, sedikit menurun dari 24,4 persen pada tahun sebelumnya.

Pemerintah Indonesia bertujuan untuk mengurangi angka prevalensi stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.